Kenal akan keindahan dan sanggup menyatakan keindahan itu kepada orang lain adalah bahagia - Buya Hamka

August 14, 2019

Forest City Konsep Ibu Kota Baru RI

Baru-baru ini pemerintah kita mengumumkan suatu keputusan untuk memindahkan Ibu kota negara, meski secara spesifik tempatnya belum disebutkan, yang jelas akan pindah dari pulau Jawa yang memang sudah sangat padat dan menjadi tempat tinggal dari 57% penduduk Indonesia. Jakarta yang menjadi ibu kota negara saat ini memang sudah tidak ideal lagi untuk menjadi sebuah pusat pemerintah yang efesien. Dalam perkembangannya laju penduduk jakarta yang tinggi terseret arus konstan urbanisasi membuat beban Jakarta menjadi tinggi menimbulkan semakin turun pesatnya daya dukung lingkungan, timbulah masalah banjir tahunan yang sangat merugikan, kondisi ini di perparah dengan fakta bahwa perumukaan tanah jakarta tiap tahunnya turun lebih dari setengah meter, ini tentu sebuah ancaman serius untuk kedepannya. Kerugian cukup besar lainnya juga diakibatkan oleh masalah kemacetan yang sukar dicarikan solusinya. Atas dasar permasalah-permasalah tersebut maka pemindahan Ibu kota negara dinilai sesuatu yang harus dilakuakan.

Setelah melakukan penilaian di beberapa calon lokasi Ibu kota baru, akhirnya pemerintah langsung melalui presiden mengkonfirmasi bahwa salah satu provinsi di Kalimantan yang akan di proyeksikan untuk menjadi Ibu kota negara baru. Pernyataan ini banyak menuai pro dan kontra, selain banyak yang setuju karena dengan ini secara tidak langsung akan membuat Kalimantan mendapat manfaat ekonomi, tetapi tak sedikit pula yang merasa khawatir dari sisi lingkungannya, karena dikhawatirkan penetapan Kalimantan sebagai Ibu kota negara baru ini bisa berdampak pada rusaknya hutan-hutan Kalimantan yang selama ini dianggap sebagi paru-paru dunia.


Konsep Forest City akan cocok dengan kondisi alam kalimantan yang akan menjadi Ibu kota negara baru. Dengan konsep ini pemerintah harus benar-benar menjaga kehijauan hutan di Ibu kota baru bukan hanya dari jumlah taman tetapi lebih ke menjaga kelestarian hutan, hal ini tak lepas dari bagaimana kalimantan yang terkenal sebagai paru-paru dunia di mata internasional. Pembangunan ibu kota negara baru harus meminimalisasi intervensi terhadap alam, mengintegrasikan ruang-ruang hijau serta biru dan mempertahankan keberadaan hutan Kalimantan atau City in the Forest.

Dengan konsep ini setidaknya pemerintah harus memastikan kelesatarian hutan sekurang-kurangnya ruang terbuka hijau harus dibangun minimal 50% dari luas area kota. Bangunan dan perumahan juga harus di tata sedemikian rupa berkonsep hijau dengan efisiensi energi, air, dan sirkulasi yang baik untuk menjamin kesehatan masyarakat. Untuk mewujudkan desain pembangunan ini bisa dipakai sistem manajemen siklus air pintar yang terintegrasi dan mendapat pengawasan ketat dari pemerintah. Pemerintah juga harus menerapkan sistem penerangan yang efesien menggunakan energi terbarukan di setiap jalan-jalan, perumahan dan tempat lainnya dan yang tidak kalah penting Ibu kota negara baru nantinnya  juga harus menjadi kota yang berorientasi pada transportasi publik, pengguna sepeda, dan pejalan kaki yang terintegrasi, juga mempromosikan kendaraan hemat bahan bakar dan ramah lingkungan dan bila perlu ada regulasi untuk penggunaan jenis kendaraan yang boleh digunakan di Ibu kota negara baru ini nantinya. Ini penting untuk menjaga kota dari polusi sehingga Kalimantan akan tetap di kenal sebagai kota dengan udara yang segar layaknya di hutan-hutan.

Sementara itu, untuk mewujudkan konsep forest city hal lain yang perlu mendapat prioritas adalah pengelolaan sampah, sampah akan menimbulkan masalah besar jika tidak dikelola dengan baik. Sistem pembuangan sampah baru yang harus dikembangkan dapat dilaksanakan dengan sistem waste to energy, bukan bermaksud untuk membanding-bandingankan dengan negera lain namun pemerintah kita bisa belajar ke negara swedia yang lebih dari 50% pasokan listrik negara ini berasal energi terbarukan dan sebagian darinya menggunakan bahan baku sampah. Ini tentu dapat di terapkan di Indonesia dan Ibu kota negara baru nantinya harus jadi contoh bagi kota-kota lain di Indonesia dalam penerapan sistem waste to energy ini. 

Bicara tentang konsep forest city artinya bukan hanya membangun tetapi juga menjaga kelestarian hutan saat ini, kita tahu bersama lahan di kalimantan di dominasi oleh lahan gambut yang mudah terbakar, untuk itu dibutuhkan kajian menyeluruh tentang bagaimana mengendalikan kebakaran hutan dan lahan yang kerap terjadi di pulau Kalimantan ini. Kebakaran hutan bisa terjadi secara alami karena panas matahari atau tidak alami karena aktivitas manusia yang sengaja buka lahan dengan cara membakar hutan. Cara yang dapat ditempuh untuk menanggulangi kebakaran hutan ini selain membuat regulasi dan pengawasan ketat tentang larangan untuk membakar lahan, pemerintah juga dapat membuat program untuk melestarikan lahan gambut. Lahan gambut adalah jenis tanah yang terbentuk dari tanaman-tanaman purbakala yang terendam air dan tidak terurai secara sempurna, hasilnya tanah ini menyimpan banyak karbon yang kalau dijaga bisa menjadi energi di masa depan. Lahan gambut yang basah dapat meredam bahkan menghentikan kebakaran hutan agar tidak meluas penyebarannya. Sebaliknya jika lahan gambut dalam kondisi kering sangat rawan untuk tersulut api. Oleh karena itu, lahan gambut itu harus tetap dijaga agar tetap basah dan mengembalikan area yang terbakar dengan menanam benih-benih pohon yang baru.

Pemindahan Ibu Kota ini tentu sudah dipertimbangkan dengan  beberapa pertimbangan. Jika kajian konsep kota, penanggulangan potensi kebencanaan dan proyeksi lainnya dilakukan dengan tepat, bisa jadi pindah ibu kota penuh dengan manfaat. Layak di lanjutkan sebagai rencana nasional untuk mendukung target kita, Indonesia  emas 2045.



#IbuKotaBaru
#Bappenas

_________
Penulis : Rifki Renaldi

Artikel ini diikut sertakan dalam lomba Nasional Artikel dan Vlog "Harapan untuk Ibu Kota Baru" Tingkat Pelajar SMA dan Mahasiswa yang di selengarakan oleh Kementrian PPN/Bappenas.

Jalan Sebagai Tulang Punggung Penggerak Kehidupan Masyarakat


Indonesia adalah salah satu negara Perserikatan Bangsa-bangsa yang mengimplemntasikan tujuan pembangunan berkelanjutan atau dalam bahasa inggris dikenal sebagai Sustainable Development Goal’s (SDG’s) yang ditetapkan sebagai agenda pembangunan global hingga tahun 2030. SDG’s merupakan pembangunan berkelanjutan yang terdiri dari 17 tujuan dan 169 capaian diantaranya adalah seperti pengetasan kemiskinan, mengakhiri kelaparan dan menggalangkan hidup sehat serta mendukung kesejahteraan semua usia.

Indonesia sendiri sudah banyak membuat pencapaian seperti diantaranya menurut data yang dihimpun oleh Badan Statistik Nasional tingkat kemiskinan terus berkurang dari yang tercatat pesentasi tertinggi sebesar 23,43% pada tahun 1999 kini terus menurun sampai pada persentase  9,66% pada september  tahun 2018. Akses kesehatan juga semakin membaik ditandai dengan program imunisasi campak dan Rubella pada anak dan skema asuransi nasional yang terus meningkat, dan menurut rilis Kemendikbud  tahun 2017 jumlah anak putus sekolah menurun signifikan dengan partisipasi yang meningkat. Akan Tetapi, kita tidak boleh lengah sebab masih banyak tantangan yang menghalang di depan mata.

Indonesia masih dibayang-bayangi dengan masalah dengan masih banyaknya daerah-daerah berpenduduk yang sangat terisolasi di era modern saat ini, daerah-daerah yang bahkan hanya dapat diakses dengan pesawat perintis atau kapal kayuh kecil, penduduk di daerah seperti ini sangat sulit untuk mengembangkan ekonominya karena hampir tidak ada penghubung bagi mereka untuk berinteraksi ekonomi dengan dunia luar, kalau masalahmasalah  seperti ini terus dibiarkan maka masalah-masalah seperti kemiskinan, penggangguran dan kelaparan di daerah terluar indonesia akan terus terjadi.

Percepatan pekerjaan Infrastruktur jalan dan jembatan khususnya di daerah terluar indonesia menjadi bukti respon pemerintah untuk melakukan pemerataan pembangunan di seluruh nusantara guna membuka akses untuk penduduk wilayah terluar untuk diharapkan dapat menumbuhkan perekonomian baru yang bisa menekan angka kemiskinan, pengangguran dan kelaparan.

Salah satu dan yang paling besar manfaatnya bisa kita saksikan dengan telah dibangunnya jalan Trans Papua yang hadir menjawab ketersambungan wilayah di bumi cendrawasih, jalan yang membentang dari kota Sorong provinsi Papua barat hingga merauke di provinsi Papua menghubungkan daerah terisolir di kedua provinsi serta memangkas jalur distribusi yang selama ini menyebabkan mahalnya pangan.

Manfaat itu dirasakan betul oleh masyarakat di kampung yang jaraknya jauh dengan pusat kota Sorong. Masyarakat yang rata-rata mata pencariannya berkebun dulunya masyarakat butuh waktu berhari-hari untuk berjalan ke pasar kota menjual hasil kebunnya, kini hanya butuh waktu hitungan jam dengan kendaraan bermotor. Bukan hanya itu masyarakat juga dilibatkan dalam pemeliharaan jalan Trans papua ini. Pemerintah memiliki program khusus untuk masyarakat lokal kurang terampil yang selama ini jadi pengangguran, program ini dijajalani warga seacara berkelompok untuk memelihara bahu jalan seperti membabat rumput liar yang tumbuh, membersihkan saluran dan trotoar dan pemeliharaan lainnya yang kriterianya non-skill dan tidak membutuhkan alat besar, masyarakat mendapatkan upah harian dari hasil pekerjaannya yang dapat menambah penghasilan mereka.

Jalan Trans papua harus jadi tulang punggung untuk menggerakan ekonomi masyarakat sehingga angka kemiskinan, pengangguran dan kelaparan dapat ditekan. Namun untuk mempercepat dan menjaga keberlanjutan pembangunan ekonomi setelah pembanguannan jalan di tanah papua ini, perlu ada intervensi dari pemerintah. Pemerintah harus bisa mendorong tumbuhnya pengembangan ekonomi masyrakat lokal lewat pemanfaatan sumber daya alam lokal, seperti kopi asli papua, petani kopi perlu pemerintah bantu lewat edukasi menanam  dan permodalannya untuk menghasilkan lebih banyak kopi. Bukan hanya menanam, masyarakat lokalnya harus diberdayakan untuk memproduksi sendiri produk jadi dari biji kopi yang mereka tanam dan masyarakat dapat memasarkannya di sepanjang koridor jalan Trans papua yang banyak dilalui wistawan. Untuk itu pemerintah harus membuat regulasi untuk membatasi Brand produk-produk asing yang biasa hadir di setiap rest area, cukup rest area sepanjang jalan Trans Papua ini sebagai etalase atau tempat pemasaran produk unggulan lokal. Rantai bisnis masyarakat lokal dari hulu ke hilir inilah yang harus pemerintah bantu dan jaga sehingga kedepannya kita bisa melihat bagaimana masyarakat papua bisa sejahtera dengan apa yang sudah mereka miliki.

Dengan tangtangan-tantangan besar pembangunan inilah dibutuhkan keterbukaan dan kerjasama anatara berbagai kementrian, lembaga dan juga pemerintah daerah, para pemangku kepentingan ini juga harus dituntut kreatif dalam mencari pendanaan pembangunan, tidak bisa hanya bisa menunggu cairnya APBN/APBD. Untuk itu, inovasi dalam instrumen pembiyaan pembangunan infrastruktur terutama di daerah terluar indonesia yang jauh dari keterlibatan investor swasta perlu dijadikan bahan prioritas pertimbangan.

Pada Tahun 2009 Pemerintah Republik Indonesi lewat Kementrian Keuangan menghadirkan solusi dengan mendirikan PT Sarana Multi Infrastruktur (PT SMI) dengan mandat mendukung percepatan pengembangan infrastruktur di Indonesia dengan tiga pilar bisnisnya yaitu pembiyaan dan investasi, jasa konsultasi, dan jasa pembangunan proyek. 

Hingga tahun 2019  indonesia membutuhkan 4,796 Triliun untuk membangun infrastruktur dan hanya 30% yang dapat disediakan oleh APBN, disinilah PT SMI hadir sebagai katalis pembangunan infrastruktur indonesia melalui penyediaan produk pembiayaan yang inovatif dan fleksibel.

Kolaborasi PT SMI dan para pemangku kepentingan menciptakan manfaat nyata bagi bangsa indonesia, sejalan dengan tujuan pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goal’s) PT SMI berkontribusi aktif dalam mendorong pembangunan berkelanjutan, salah satunya diwujudkan dengan keterlibatan PT SMI bersama pemerintah dalam proyek penambahan beribu-ribu kilometer pembangunan jalan di indonesia yang dapat membuka akses yang lebih baik bagi masyarakat terluar indonesia untuk mendorong perekonomian mereka dan juga secara bertahap membuat mereka yang selama ini hidup di daerah terisolir dapat keluar dari jerat kemiskinan, pengangguran dan kelaparan dengan kian terbukannya akses mereka untuk berkembang.

Terima kasih kepada PT SMI atas upaya terus menerus untuk memajukan indonesia, harapannya semoga PT SMI tidak berhenti berinovasi untuk melayani kebutuhan pembiyaan infrastruktur di indonesia, dan menjadi salah satu sumber solusi bagi negeri yang kita cintai, Indonesia.



…….
Essai ini di ikut sertakan dalam lomba menulis Milenial Membangun Indonesia Dasabakti PT SMI dan Alhamdulillah masuk dalam 30 besar karya terbaik dari 914 artikel berkualitas lainnya.



Copyright © Rifki Renaldi | Powered by Blogger

Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com