Kenal akan keindahan dan sanggup menyatakan keindahan itu kepada orang lain adalah bahagia - Buya Hamka

April 28, 2019

Optimisme Pesawat Tebang PT Dirgantara Indonesia Hiasi Langit Dunia


Badan Usaha Milik Negara atau BUMN adalah badan usaha yang dimiliki baik sepenuhnya, sebagian besar maupun sebagian kecil oleh pemerintah dan pemerintah memberi kontrol terhadapnya. Pemerintah membutuhkan sistem korporasi berbentuk BUMN untuk bisa mengelola sektor-sektor potensial seperti listrik, air, bahan bakar minyak dan sumber daya lain yang menyangkut hajat hidup orang banyak. Hasil keuntungan perusahaan BUMN merupakan sumber pendapatan yang besar bagi negara disamping pendapatan dari pajak. BUMN memainkan peranan penting dalam pembangunan negara. Oleh karena itu BUMN harus terus di optimlisasi demi kepentingan negara.

Menurut saya, salah satu langkah yang tepat untuk menguatkan peran BUMN dalam pembangunan negeri ialah membangkitkan kembali BUMN Industri Strategis. Kemajuan suatu negera tidak terlepas dari apa yang dihasilkan industri strategisnya. Katakanlah, Jepang memiliki Honda dan Mitubishi, Korea memiliki Samsung dan Hyundai sedangkan Amerika memiliki General Electrics dan lain-lain. Bagaimana dengann indonesia? Kita patut berbangga karena kita memiliki perusahaan pesawat terbang PT Dirgantara Indonesia (PT DI) yang menjadi salah satu BUMN Industri Strategis. Dulu indonesia menjadi salah satu negara terdepan dalam produksi pesawat terbang dengan proyek pengembangan pesawat nasional N-250. Namun, sejak Indonesia diterjang “Badai krisis ekonomi” yang kemudian meluas menjadi krisis multi-dimensi pada tahun 1997. Negara membutuhkan pinjaman untuk menutupi defisit, pemerintah menerima bantuan dari lembaga keuangan internasional, salah satu clausul yang diisyaratkan nya pun cukup menakutkan, yaitu pemerintah harus menghentikan pembiayaan atas proyek industri strategis berbiaya besar termasuk investasi pemerintah  selaku pemegang saham tunggal IPTN untuk pengembangan pesawat N-250. Lalu yang terjadi kemudian kita tidak pernah melihat lagi program pengembangan pesawat terbang nasional yang jelas dan terarah. Kini sudah saatnya kita bangkitkan kembali industri pesawat nasional kita.

Pesawat N250, Sumber: VivaNews.com


Di era sekarang yang semakin terbuka, kita harus siap menghadapi dan memenangkan persaingan. kondisi ekonomi tengah mengalami ketidakpastian. Namun kita meski optimis akan selalu ada solusi untuk memenangkan persaingan bahkan disaat situasi yang tidak menguntungkan. Optimisme ini muncul dikala PT Dirgantara Indonesia telah berhasil merambah pasar global.

 PT Dirgantara Indonesia mengekspor pesawat jenis CN235 ke Nepal dan Senegal. Ini tentu sebuah potensi bagi PT DI, Negara di kawasan Afrika dan Asia Selatan punya karakteristik geografis yang tidak bisa dipenuhi oleh spesifikasi pesawat buatan pabrikan Eropa atau Amerika Serikat. Disinilah PT DI muncul sebagai kompetitor yang punya pasar sendiri, tidak masuk dalam pasar red ocean yang sangat kompetitif, tapi mampu menciptakan pasar sendiri (blue ocean strategy).

 PT DI juga menjadi mitra untuk mengerjakan pembuatan pesawat nasional R80 yang di inisiasi PT Regio Aviasi Industri (RAI) yang didirikan oleh Presiden RI ke 3 BJ Habibie. Pesawat karya anak bangsa ini menwarkan pesawat dengan kecepatan tinggi generasi baru, avionic canggih untuk meningkatkan keamanan, kenyamanan tinggi untuk penumpang dan ramah lingkungan. Direncanakan pesawat ini siap mengudara pada tahun 2025, sehingga mimpi Indonesia untuk menjadi salah satu negara produsen pesawat terbang yang diperhitungkan dunia tak lama lagi bakal segera terwujud.

Besarnya nilai penjualan perunit dari produk industri pesawat ini, menurut saya akan berkontribusi  masif bagi pertumbuhan perekonomian nasional, sehingga arah pertumbuhan ekonomi juga ditentukan oleh perkembangan industri pesawat terbang ini.

Namun, ada beberapa catatan untuk perbaikan kinerja PT DI yang masih perlu ditingkatkan. Dibutuhkan rumusan strategi jitu yang perlu dilakukan untuk mencapai target kebangkitan industri pesawat terbang sekaligus merebut pasar internasional. Setidaknya saya mempunyai dua gagasan segar jika di masa depan bisa menjadi Direktur utama PT DI.

PT Dirgantara Indonesia harus sudah mulai mengembangkan pesawat terbang komersil seperti boeing 747 atau Airbus 380 yang dominan menghiasi maskapai-masakapi penerbangan. PT DI telah banyak memiliki ahli-ahli pesawat yang mampu membuat proyek produksi pesawat komersil sekelas Airbus dan Boeing. PT DI juga sering dipercaya oleh dua perusahaan raksasa itu untuk memproduksi kompenen-kompenen penting untuk pesawat dari Airbus dan Boeing. Jadi PT DI harus nya sudah mulai berfikir untuk memproduksi pesawat komersil yang jumlah permintaan nya sangat tinggi seiiring dengan pertumbuhan industri penerbangan dunia. Modal sejatinya tidak menjadi halangan jika sikap pemerintah berkomitmen mendukung proyek ini . Banyak instrumen kebijakan pembiayaan yang dapat dilakukan untuk bisa membiayai proyek strategis untuk kemajuan Industri pesawat terbang indonesia ini.

Selain itu menurut saya PT DI sebagai satu-satunya aircraft manufacturer di tanah air dan ASEAN harusnya bisa memproduksi pesawat-pesawat yang dibutuhkan untuk penerbangan nasional, yang mampu beroperasi di daerah seperti Papua yang daerahnya bergunung-gunung, banyak bukit dan jurang terjal. Kebutuhan pesawat terbang dengan karakteristik khusus ini harus bisa dipenuhi PT DI. Dengan begitu anggaran yang dikeluarkan pemerintah tidak akan terlalu besar jika dibandingkan harus memesan pesawat ke produsen pesawat terbang  luar. Dalam penjualan pesawat terbang tipe jarak dekat-menengah, Indonesia adalah pasar terbesar dunia, karena seperti kita ketahui indonesia adalah negera kepulauan. Sangat disayangkan jika potensi pasar sedemikian besar jika kita tidak mampu membuat apa-apa padahal kita mampu memanfaatkannya. PT DI selain dituntut bisa merambah pasar internasional. Namun yang tak kalah penting adalah bagaimana negara kita juga harus melepas ketergantungan mengimpor pesawat dari luar. 

Pada akhirnya ditegaskan bahwa PT Dirgantara akan maju dan berkembang jika ditopang oleh sejumlah faktor input antara lain sumber daya manusia terampil, iptek, dukungan pemerintah serta tata kelola perusahaan yang efisien. Semangat untuk berdikari dalam Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan faktor penting dalam membangun Industri pesawat terbang di Indonesia. Dan kini perkembangan untuk maju sudah dimulai, kiprah PT DI di pasar global mulai menunjukkan tajinya, sehingga  harapan kita untuk melihat pesawat karya anak bangsa mengangkasa menghiasi langit dunia kini bukan isapan jempol semata.

Artikel ini diikutsertakan di lomba BUMN Goes To Campus Future CEO.

0 komentar:

Post a Comment

Copyright © Rifki Renaldi | Powered by Blogger

Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com